Vegetasi di Antartika didominasi oleh lumut kerak dan lumut di Pulau Livingston, maritim Antartika. Foto : Felix Grewe.
ANTARTIKA, TERKINI.COM– Baru-baru ini, peneliti meluncurkan pemetaan pertama dari vegetasi di Antartika(Antarctic), membuka wawasan baru tentang pertumbuhan tanaman di benua beku ini!
Para ilmuwan menggunakan satelit Badan Antariksa Eropa untuk menyapu benua tersebut, dikombinasikan dengan pengukuran lapangan yang dilakukan selama beberapa musim panas, dan mendeteksi hampir 45 kilometer persegi vegetasi – kira-kira tiga kali ukuran Danau Windermere di Lake District, Inggris.
Pemantauan Pertumbuhan
Tim internasional, yang dipimpin oleh Universitas Edinburgh bersama dengan Norwegian Institute for Nature Research, British Antarctic Survey, dan Scottish Association for Marine Science, menemukan bahwa lebih dari 80 persen pertumbuhan vegetasi terkonsentrasi di Semenanjung Antartika dan pulau-pulau tetangganya.
Tim memperkirakan pertumbuhan ini hanya mencakup 0,12 persen dari total area bebas es di Antartika, menyoroti pentingnya memantau area utama dengan kelimpahan vegetasi, yang tidak dilindungi dengan memadai di bawah sistem Area Perlindungan Khusus Antartika (ASPA) yang ada, kata para ahli.
Kondisi Ekstrem
Vegetasi Antartika, yang didominasi oleh lumut kerak dan lumut daun, telah beradaptasi untuk bertahan hidup di kondisi kutub yang ekstrem dan setiap jenis memainkan peran penting dalam daur ulang karbon dan nutrisi di tingkat lokal. Hingga saat ini, cakupan dan kelimpahan spasial mereka di seluruh benua tetap tidak diketahui.
Indikator Kuat
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepekaan lingkungan spesies vegetatif Antartika menjadikannya indikator yang sangat baik untuk perubahan iklim regional. Memantau keberadaan mereka di Antartika, lanskap yang minim gangguan, dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana jenis vegetasi serupa mungkin merespons iklim di ekosistem rapuh lainnya di seluruh dunia, seperti bagian dari Arktik.
“Peta skala benua kami menyediakan informasi penting tentang keberadaan vegetasi di area yang jarang dikunjungi oleh manusia. Ini akan memiliki implikasi yang mendalam bagi pemahaman kita tentang di mana vegetasi berada di seluruh benua, dan faktor apa yang mempengaruhi distribusi ini,” kata Charlotte Walshaw, penulis utama dan peneliti PhD di Sekolah GeoSciences, Universitas Edinburgh seperti dikutip Terkini.com dari laman ed.ac.uk (08/08/2024).
“Lumut kerak dan lumut daun di Antartika menghadapi kondisi hidup yang paling keras di planet ini setiap hari. Hanya organisme yang paling tangguh yang dapat bertahan di sana. Sekarang kita tahu di mana mencarinya, kita dapat memberikan langkah-langkah konservasi yang lebih terarah untuk melindungi masa depan mereka,” ujar Dr Claudia Colesie dari Sekolah GeoSciences, Universitas Edinburgh.
“Pendekatan penginderaan jarak jauh seperti ini adalah metode berdampak rendah untuk mempelajari ekosistem rapuh Antartika serta memantau perubahan vegetasinya di masa depan,” tambah Dr Andrew Gray, penulis bersama, Norwegian Institute for Nature Research, Norwegia.
Penelitian ini dipublikasikan di Nature Geoscience dan didanai oleh Natural Environment Research Council (NERC) dan UK Space Agency. Kampanye lapangan didukung oleh British Antarctic Survey, Instituto Antarctic Chileno, dan Antarctica New Zealand (Marwan Aziz)