Setiap tahun, pada bulan Dzulhijjah dalam kalender Islam, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di kota suci Makkah, Arab Saudi, untuk melaksanakan salah satu ibadah paling penting dalam agama Islam, yaitu Haji.
Haji merupakan perjalanan spiritual yang menjadi impian bagi setiap Muslim dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial, setidaknya sekali seumur hidup.
Apa itu Ibadah Haji?
Dikutip dari berbagai sumber Islami, Haji adalah ziarah ke kota Makkah yang melibatkan serangkaian ritual keagamaan yang dilakukan selama beberapa hari di bulan Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Islam.
Berbeda dengan kalender Gregorian yang digunakan di Barat, kalender Islam adalah kalender lunar yang lebih pendek 11 hari, sehingga tanggal pelaksanaan Haji berubah setiap tahunnya.
Ibadah Haji berlangsung dari tanggal 8 hingga 12 Dzulhijjah dan mencakup berbagai kegiatan seperti thawaf, yaitu mengelilingi Kaabah sebanyak tujuh kali; sa’i, berlari kecil antara bukit Safa dan Marwah; serta wuquf di Arafah, yang dianggap sebagai puncak ibadah Haji.
Kaabah sendiri dianggap sebagai rumah ibadah pertama yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk manusia dan menjadi pusat dari seluruh kegiatan ibadah Haji.
Niat dan Pelaksanaan Haji
Inti dari ibadah Haji adalah niat untuk pergi ke Makkah dan melaksanakan serangkaian ritual pada waktu yang ditentukan. Niat ini tidak hanya berlaku bagi diri sendiri, tetapi juga bisa dilakukan untuk orang lain yang tidak mampu melaksanakan Haji karena alasan tertentu.
Ibnu’Abbas Radhiyallahu’anhuma mengutip Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam yang bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atasmu Haji. Maka berdirilah,” yang kemudian dijawab oleh Al-Aqra’ bin Haabis dengan pertanyaan apakah Haji wajib dilakukan setiap tahun. Rasulullah menjawab, “Jika aku mengatakannya, ia menjadi wajib. Haji itu sekali dan selebihnya adalah sunnah” (HR Abu Daud no.1721; Ibnu Majah, no.2886; Ahmad no.5:331).
Hadits ini, yang disampaikan secara makna oleh Ibnu Hajar, menunjukkan bahwa kewajiban Haji hanya sekali seumur hidup, dengan pelaksanaan Haji tambahan bersifat sunnah. Pendapat ini diakui sebagai sahih oleh ulama seperti Syaikh Al-Albani dan Syaikh Ahmad Syakir.
Haji: Lebih dari Sekadar Ritual
Haji bukan hanya serangkaian ritual fisik, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Setiap langkah dan doa yang dipanjatkan selama Haji memiliki makna dan tujuan yang mendalam, membawa para jamaah lebih dekat kepada Allah SWT. Proses ini melibatkan pengorbanan, ketahanan, dan komitmen yang kuat, mencerminkan kerendahan hati dan kepatuhan kepada Sang Pencipta.
Bagi banyak umat Muslim, Haji adalah puncak dari kehidupan spiritual mereka. Melalui Haji, mereka memperbarui iman, memperoleh pengampunan, dan meraih kedamaian batin. Ini adalah momen di mana perbedaan sosial, etnis, dan kebangsaan larut dalam lautan persaudaraan dan kesetaraan di hadapan Allah.
Penutup
Ibadah Haji adalah sebuah perjalanan seumur hidup yang mendalam dan penuh makna bagi setiap Muslim. Dengan melaksanakan Haji, umat Islam tidak hanya memenuhi salah satu rukun Islam, tetapi juga merasakan kedekatan yang lebih dalam dengan Allah SWT, memperkuat iman, dan meraih pengampunan serta keberkahan dalam hidup. Sebuah perjalanan yang tidak hanya menguji fisik dan materi, tetapi juga memperkaya jiwa dan spiritualitas.