Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto : lemhanas.go.id |
JAKARTA, TERKINI.CO- Target pertumbuhan ekonomi makro sebesar 5,8 – 6,2 persen dan inflasi pada kisaran 4 persen plus minus 1 persen yang ditetapkan Pemerintah Jokowi, dinilai terlalu optimistis.
Mengingat saat ini realitasnya pertumbuhan ekonomi pada angka 4,7 persen. Pertumbuhan ekonomi yang paling realistis pada tahun 2016 adalah pada kisaran 5,5 persen.
Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Fraksi Gerindra, Wilgo Zainar saat menyampaikan
pandangan Fraksi Partai Gerindra dalam Rapat Paripurna Selasa (26/5) yang beragendakan Pandangan Fraksi atas Keterangan Pemerintah Mengenai Pokok-pokok Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2016.
Dalam acara yang dipimpin Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan, Wilgo lebih lanjut mengatakan, pertumbuhan ekonomi 5,5 persen itupun dengan catatan, perekonomian Cina membaik dan menjadi enzim ekonomi dunia bersama dengan Amerika.
Selain itu, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih cukup rendah pada tahun 2016 juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga komoditas yang menjadi andalan perekonomian Indonesia. Faktor lainnya adalah rendahnya tingkat konsumsi masyarakat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berdampak pada terhadap lonjakan harga barang kebutuhan pokok.
Untuk kebijakan belanja negara, Fraksi ini menyatakan setuju untuk difokuskan pada belanja infrastruktur karena di berbagai sector kehidupan, infrastruktur kita banyak mengalami kerusakan. Meski demikian, Fraksi Gerindra kurang sependapat kalau pembangunan infrastruktur tersebut dananya bersumber dari pencabutan subsidi BBM.
“Bagaimanapun subsidi adalah instrument sah kebijakan fiskal yang harus dipertahankan karena merupakan hak rakyat Indonesia baik kaya maupun miskin. Pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur harus diawasi secara ketat agar tidak menjadi ajang untuk terjadinya penyelewengan,” tandas Wilgo Zainar. (DPR RI)